Sabtu, 03 Januari 2009

TEORI ”POHON SOSIAL”


Keyakinan adalah ”akar” dari suatu Pohon Sosial, yaitu sebagai landasan seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya (Rokeach, 1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema konseptual, tapi juga predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan terhadap obyek dari keyakinan tersebut. Oleh sebab itu keyakinan dan tingkah laku saling berhubungan atau berkaitan.

Bila kami definisikan, keyakinan adalah nilai-nilai yang dipercayai atau di-iman-i oleh seseorang, untuk bersikap dan bertingkah laku.

Bentuk-bentuk Keyakinan
1. Tauhid
2. Trinitas
3. Mitologi
4. Fairytales
5. Atheis
6. Kapitalisme
7. Sosialisme
8. Komunisme
9. dll. (ideologi/kepercayaan lainnya)

Contoh-contoh bentuk keyakinan:
a. Keyakinan yang berdasar pada imtaq (Rukun Iman), masuk ke dalam sense suatu komunitas untuk menahan komunitas tersebut dari ancaman virus. Contoh: Tauhid
b. Keyakinan yang tidak ’menyerap’ imtaq, hanya berguna untuk mengendalikan / memiliki iptek saja. Contoh: Keyakinan yang ada di negara-negara Barat, Jepang, China, dsb. Contoh: Kapitalisme dan Komunisme
c. Tanpa sebuah keyakinan, komunitas hanya bergantung pada konsep diri, nilai moral, dan gaya hidup dari komunitas global. Contoh: Atheis

Tauhid
Keyakinan tauhid memiliki nilai-nilai imani, yang biasa disebut dengan Rukun Iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab Allah
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepad Qodha dan Qodhar
Fungsi Keyakinan sebagai “akar”, yaitu :
a. Sebagai penopang tegaknya suatu komunitas agar tidak mudah ”terkontaminasi virus.”
b. Sebagai sistem sosial – ekonomi
c. Menahan atau melindungi lingkungan dari ”erosi dan banjir” akan produk-produk kapitalisme
d. Tempat penyimpanan energi spiritual dan moral.
e. Menyerap iptek dan imtaq sebagai kebutuhan spiritual, emosi, dan intelektual, yg dilakukan oleh sistem nilai dan akidah yang telah terbentuk.

Situasi Penanaman dan Penguatan Keyakinan (belief) ada 2, yaitu:
1. Lembaga Keluarga / Dalam Rumah
Situasi yang menanamkan keyakinan akan Pedoman Hidup dan melindungi keyakinan anggota keluarga dari bahaya virus untuk menguatkan sebuah komunitas.
2. Lembaga Pendidikan (Formal maupun Informal)
Terdapat di setiap komunitas yang berguna untuk memberikan iptek, selain imtaq.

Setelah menyerap ke-”tauhid”-an, keyakinan akan membesar untuk memperkuat fondasi konstruksi dari suatu komunitas. Pembesaran keyakinan ini akan memberikan konsekuensi logis berupa tercipta satu sistem penyerapan keyakinan di komunitas.

Seiring membesarnya keyakinan suatu komunitas, daya serap akan konsep-konsep ”Pedoman Hidup”-nya pun semakin kuat (semakin banyak yang terserap).

Peningkatan / penguatan keyakinan terjadi di dalam pendidikan formal maupun informal (keluarga). Pendidikan memberikan materi berulang-ulang, membentuk keyakinan yang disadari maupun tidak, menyebar melalui lingkungan keluarga di masyarakat. Namun apabila tidak terjadi peningkatan atau penguatan keyakinan dalam suatu komunitas, maka keyakinan komunitas tersebut akan mudah terkontaminasi ”virus” keyakinan. Akar atau keyakinannya tidak akan mempengaruhi masyarakat, sebaliknya seluruh sistem sosial-ekonomi di dalam masyarakat akan langsung menyerap virus yang merusak ’akar’ beserta ’pohon sosial’ secara keseluruhan.

Keyakinan orang tua sangat mempengaruhi keyakinan anak. Apabila orang tua masih mempercayai dengan mengirim sms Reg. spasi ...., akan mempengaruhi anak menjadi percaya terhadap kekuatan lain selain Allah.
Iman kepada Allah di awali dari:
1. Penciptaan alam semesta dan sistem tata surya, galaksi dan ruang angkasa
2. Kehidupan di bumi: air, udara, dan zat-zat lainnya, hewan, tumbuhan dan cuaca / iklim, yang kesemuanya berguna bagi manusia.
Aspek Nilai
1. Dari keimanan kepada Allah, akan muncul nilai-nilai yang berasal dari sifat-sifat Allah, misalnya murah hati.
2. Keimanan kepada malaikat akan memunculkan nilai loyalitas
3. Iman kepada Kitab Allah memunculkan nilai learning
4. Iman kepada Rasul memunculkan nilai-nilai leadership
5. Iman kepada Hari Akhir, adalah pemahaman soal waktu
6. Iman kepada Qadha dan Qodhar adalah soal ikhtiar & sunatullah

Virus Akar:
1. Syirik-menyekutukan Allah
2. Malaikat berjenis kelamin perempuan
3. Ideologi/ajaran lain yang dijadikan panduan hidup
4. Idola baru
5. Tidak ada hari akhir
6. Hidup bebas berkehendak.


BATANG (Nilai-nilai moral dan Sikap/ ATTITUDE)

Fungsi Sikap Hidup (batang):
1. Tempat tumbuhnya konsep diri, sikap, dan perilaku
2. Tempat di mana imtaq dan iptek yang diserap disalurkan ke seluruh komunitas menjadi sistem kontrol sosial
3. Wadah pembinaan/ penyaluran minat, bakat, seni, dan kreatifitas
4. Pada batang (sikap hidup) ada bagian yang berfungsi untuk terus melangsungkan hidup yaitu lewat media (minimal bentuk Newsletter)

Bentuk-bentuk Sikap Hidup (batang)
No. SIKAP HIDUP
1 TEGUH KOMIT
ISTIQOMAH KONSISTEN
DISIPLIN
LOYAL
2 RENDAH HATI HUMBLE
BERSAHAJA

3 SABAR TEGAR ETOS
KERJA
OPTIMIS ULET
4 PEDULI SHARE MAU BERBAGI
MURAH HATI CARE

5 RELA BERKORBAN SEJAJAR

No. SIKAP HIDUP LAIN-VIRUS
1 INKONSISTENSI PERMISIF
INDISIPLIN
2 SOMBONG AROGAN

3 NAFSU MATERIALISM
HEDONISM


4 INDIVIDUALIS

5 PESIMIS PENGECUT


Komunitas sosial yang mempunyai konsep diri, nilai moral, dan sikap, yang berasal dari Pedoman Hidup yang benar, akan terus membesar sehingga dapat mempengaruhi sistem pendidikan (formal – informal), kontrol sosial, dan institusi yang baik. Komunitas seperti ini bisa juga disebut komunitas rahmatan lil alamin. Sedangkan komunitas sosial tanpa Pedoman Hidup yang benar akan menghasilkan buah masalah yang beragam.
SARANA dalam suatu komunitas:
1. Media komunikasi
2. Sistem sosial - ekonomi (kontrol sosial, pasar, arisan, dll.)
3. Lembaga-lembaga pendidikan (formal-informal)
4. Wadah untuk menyalurkan skills dari anggota komunitas

DAUN (PERILAKU)

Suatu perbuatan (say & do) atau perilaku yang lengkap, berisi:
a. Soul
b. Mind
c. Body

Sedang perilaku yang tidak lengkap tidak memiliki salah satu bagian tersebut.

Fungsi Perilaku = adalah untuk memberikan manfaat untuk si pelaku.
Setiap manusia memiliki akal dan qolbu, yang dapat menerima keimanan. Perilaku yang didasari akal dan qolbu bertugas menerima dan mengubah semua ciptaan Allah menjadi rahmatan lilalamin, dengan bantuan sistem pendidikan.

Bentuk Perilaku :
a. Benar
b. Cerdas / Cerdik
c. Menyampaikan
d. Amanah / dapat dipercaya

Virus Perilaku
a. Dusta / bohong
b. Bodoh
c. Pasif / Mendukung perbuatan maksiat secara tidak langsung
d. Khianat

CATATAN :
• Panca Indera (senses): digunakan untuk melakukan proses Tafakur
• Akal: ciptaan Allah bagi manusia untuk berpikir dalam bertafakur
• Tafakur: proses peningkatan ke-tauhid-an secara mandiri
• Iman: hasil ber-tafakur
• Islam: hasil proses peningkatan ke-iman-an
• Pokja: berasal dari komunitas sebagai fasilitator dengan pihak luar.

BUNGA : Potensi
Hasil dari keyakinan – sikap – perilaku suatu komunitas




Komunitas yang ideal terdiri dari :
a. Potensi diri
b. Aktifitas positif
c. Keindahan / kreatifitas / ciri khas
d. Suri tauladan

Komunitas ini yang disebut sebagai komunitas rahmatan lil alamin (Matanilam)

Fungsi Komunitas Matanilam:
Sebagai tempat terjadinya ”pengembangan komunitas”

Proses ”Pengembangan Komunitas”:
Jika ada ”pihak-pihak” di luar komunitas mendukung atau mengadopsi konsep Matanilam maka akan terjadi bentuk kerjasama yang seimbang, yang diikuti dengan hasil yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama ini akan berkembang membesar, hingga menjadi rahmatan lil alamin.

BUAH (Hasil)

Hasil yang ingin dicapai adalah hasil se-maksimal-maksimal-nya. Berarti tidak semua potensi komunitas dapat menjadi rahmatan lil alamin..

Hasil yang ingin dicapai:
a. Memilih Pedoman Hidup
b. Mempelajari Pedoman Hidup
c. Melaksanakan Pedoman hidup
d. Paham Kiat-kiat

Fungsi hasil di atas: sebagai “ensikopedia” sekaligus “laboratorium hidup” di mana hasil pengembangan komunitas Matanilam diimplementasikan.

KELUARGA
Institusi (lembaga) terkecil dalam suatu komunitas, sebagai wilayah awal pembangunan komunitas.

Di dalam keluarga, terdapat calon pembentuk / pengembang komunitas baru.

SOCIAL TREE THEORY

Jika kita mengamati masalah-masalah sosial yang ada di sekitar kita, seringkali kita tidak secara lengkap melihat keseluruhan “penyakit” atau pembusukan tersebut di sebabkan dari “akar”-nya. Kita seringkali hanya melihat “buah” yang busuk lalu mengatasinya dengan pilihan-pilihan seperti (1) membuang, (2) mengintervensi buah tersebut sehingga “tidak terlalu” busuk, atau (3) mengintervensi “ranting” atau “dahan” di mana buah itu berada. Misalnya saja masalah narkoba di lingkungan anak dan remaja. Yang kita lakukan biasanya hanya mengintervensi anak per anak, melalui program rehabilitasi dsb. Atau “buah” yang busuk tadi akan di”petik” oleh aparat untuk diamankan, dan di tanam di dalam pot khusus. Padahal buah yang busuk tersebut menyimpan benih yang buruk dan akan tumbuh menjadi tanaman yang kuang baik pula.
Paling jauh yang kita lakukan biasanya memperbaiki “ranting” atau dahan di mana buah itu berada, melalui program pendidikan, atau kegiatan-kegiatan yang positif. Hal ini sama seperti kita men-stek, atau mencangkok dahan dengan harapan akan tumbuh tunas yang baru.

Program pendidikan dan kegiatan-kegiatan untuk menggulangi masalah-masalah sosial yang ada ternyata hanya bermain pada dahan dan ranting, belum menyentuh akar permasalahan. Lalu bagaimana kita menelusuri di mana akar permasalahan sosial yang ada di sekitar kita saat ini.
Dari hasil penelitian seorang kolega, yaitu Ade Robi S.Sos, yang menangani masalah-masalah sosial untuk pengembangan komunitas (community development) di suatu wilayah tertentu, terungkap bahwa permasalahan-permasalahan sosial yang ada sebagai berikut:

Environment and Healthy Living /
Permasalahan Lingkungan dan Gaya Hidup Sehat
1. sampah
2. banjir
3. kebakaran
4. sakit (penyakit)

Neighborhood / Lingkungan Sosial
1. gossip
2. intrik
3. konflik
4. narkoba
5. miras
6. “jablay”
7. drop out
8. pencurian

Economic & Education
1. pengangguran
2. kemiskinan
3. kesenjangan social
4. tingkat pendapatan yang rendah
5. tingkat pendidikan yang rendah
6. kurangnya kegiatan positif, keagamaan, karang taruna, remaja masjid, dll.

Dalam Teori Pohon Sosial (Social Tree) semua permasalahan tersebut di atas adalah “buah,” atau “bunga.” Buah adalah memang itu akibat terakhir dari berbagai faktor penyebab terjadinya masalah. Bisa diibaratkan itu buah yang busuk. Apabila buah-buah itu jatuh ke tanah secara otomatis akan menimbulkan pohon yang kualitasnya buruk juga.

Begitu juga dengan bunga, apabila bunga itu berbuah akan menghasilkan buah yang busuk. Misalnya sampah adalah bunga, dia akan berbuah menjadi banjir atau penyakit. Meskipun jika tidak mengakibatkan banjir dan penyakit, “bunga” dalam hal ini sampah, adalah menjadi masalah tersendiri.
Akan halnya dengan gosip dan hasut, jika ditempatkan sebagai bunga, akan berbuah konflik. Jika pun konflik tidak ada, gosip dan hasut telah menjadi masalah tersendiri.

Dahan dan Ranting
Kami sependapat bahwa buah atau bunga yang busuk itu sebagai perilaku (behavior) atau berasal dari perilaku. Behavior dalam social tree theory kami analogikan sebagai ranting atau stem tempat buah atau bunga itu berada. Langsung melekat pada bunga dan buah. Behavior refers to action and reaction. Jadi behavior itu tindakan (what people do and say).

Dari penjelasan tersebut di atas kita bisa mengungkapkan bahwa perilaku atau tindakan yang kita lakukan berasal dari sikap kita terhadap sesuatu (attitude). Ini yang kita sebut dahan. Sikap atau attitude itu adalah a person’s perspective toward a specified target

Cabang
Lalu attitude kita itu terbentuk dari mana?
Sikap kita berasal dari norma-norma dan nilai-nilai yang ada dan berkembang pada masyarakat. Dalam Wikipedia norma adalah the rules that a group uses for appropriate and inappropriate values, beliefs, attitudes and behaviors. Gampangnya adalah norma itu aturan-aturan yang ada dalam komunitas tertentu. Sedangkan menurut Chai Feldblum, seorang profesor hukum dari Georgetown University, pendiri Moral Values Project : “Moral values are moral values, Moral values are what is right and what is wrong.”

Jadi sikap kita terbentuk dari aturan-aturan tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang ada dalam masyarakat. Jika nilai-nilai dan norma yang ada kurang dipahami secara menyeluruh, atau pun bergeser. Maka sikap yang muncul pun akan berbeda. Nah sampai sini cukup jelas bahwa permasalahan masyarakat yang ada muncul dari kurangnya pemahaman nilai dan norma sehingga menimbulkan sikap yang acuh-tak acuh terhadap “buah” yang dihasilkan.
Pendidikan formal di sekolah hanya memainkan perannya di tingkat ini dengan menambahkan “zat-zat” tertentu supaya dahan dan ranting mempunyai cukup energi untuk memahami nilai dan norma, sehingga diharapkan menjadi buah yang baik. Hanya sebatas itu. Kemungkinan buah itu menjadi buruk atau baik hanya soal waktu. Ini tentu belumlah cukup.

Belum cukuplah kiranya jika kita hanya “men-stek” atau mencangkok pada dahan dan ranting saja. Karena kita ketahui bersama bahwa dahan dan ranting tersebut kekurangan “zat” untuk tumbuh dengan baik. Maka kita pun harus menggali lebih jauh dari mana nilai-nilai dan norma-norma itu terbentuk.
Dahan dan ranting berasal dari cabang. Untuk tulisan berikutnya akan diulas apa itu cabang dan apa permasalahannya, dan berasal dari mana?

Belief
Belief yang biasa kita sebut iman berakar di hati kita. Hal-hal yang kita yakini. Nah inilah akar dari sebuah pohon sosial. Jika akarnya saja tidak dapat menyerap air dan pupuk dengan baik, atau kurang, maka keyakinannya akan hidup ini pun kurang maksimal. Akar yang seperti ini akan tumbuh menjadi batang pohon yang gampang terkena virus penyakit atau hama. Bahkan mudah diintervensi sehingga batang pohon seperti ini bisa dipotong atau ditebang.

Batang pohon yang kita sebut ini merupakan konsep diri (self conception). Inilah yang terjadi di Indonesia. Begitu banyak orang kurang mengetahui atau bahkan tidak kenal dengan dirinya sendiri. Tidak sadar diri.
Sudah banyak uang, mau lebih dengan korupsi. Sudah menjabat kedudukan tinggi, malah menginjak. Sudah diberi tahu akan kesalahannya malah acuh. Sudah melihat malah berlagak buta warna, dsb.

Dari tulisan di atas maka program pemerataan air, pemberian pupuk yang intens dan melakukan pemagaran atau pembuatan rumah kaca untuk pohon menjadi sangat penting.

Air dan Sinar Matahari
Air adalah faktor penting untuk memperlancar pertumbuhan sebuah pohon. Air di sini bisa disebut sebagai pemberian nilai-nilai (keyakinan, karakter diri, moral/hukum) yang merata dan intensif. Selain itu pupuk, bisa diibaratkan sebagai materi dari program pendidikan. Dan tentu saja yang paling penting adalah sinar matahari. Ini seperti program kerohanian, selalu dibutuhkan setiap hari. Seperti matahari setiap pagi menyinari bumi.

Udara
Udara bagi sebuah pohon penting untuk berkembang biak
menyebarkan serbuk sari kepada pohon lainnya. Dalam pohon sosial, udara seperti media, elektronik mapun cetak. Media bisa menjadi alat yang baik untuk mentransfer pengetahuan yang baik. Namun banyak juga virus penyakit dan hama yang diantarkan oleh media. Jika buah atau bunga yang berasal dari cabang dan dahan yang kekurangan energi, mudah sekali proses pembusukan bunga dan buah tersebut.

Pemagaran dan Pendirian Rumah Kaca
Penting untuk menyaring virus penyakit melalui pagar dan rumah kaca, supaya udara yang masuk hanya udara bersih tanpa tercemar polusi. Pemagaran dan pendirian rumah kaca yang akan dilakukan adalah melalui penegakan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat sehingga narkoba dan miras dapat diminimalisir bahkan hilang sama sekali dalam suatu komunitas.
Itulah kiranya faktor-faktor penting bagi sebuah pohon sosial agar tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik pula.

Dalam Teori Social Tree yang telah saya tulis ada unsur keyakinan (belief) sebagai ’akar.’ Di sinilah semuanya berawal. Di area akar, unsur-unsur yang masuk adalah keyakinan. Keyakinan apa yang akan kita berikan kepada bayi kita. Belief merupakan ’iman’ bagi orang beragama. Bagi atheis, belief atau keyakinan yang digunakan, ya terserah ideologi atau filosofi dari mana yang akan diambil.

Bagi manusia beragama, agama merupakan sebuah Pedoman Hidup yang diyakininya dari lahir sampai mati (mungkin). Dari Pedoman Hidup inilah jawaban yang harus kita dapatkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

PEDOMAN HIDUP
Masing-masing kita mempunyai Pedoman Hidup-nyasendiri. Dengan itu kita pasti akan bisa menghadapi semua permasalahan yang menghampiri kita. Masa? Lalu kok sampai sekarang masalah kita masih bertumpuk? Padahal kita telah berpegang kepada Pedoman Hidup kita.

Ya kalau memegang saja sih, kita tidak bisa menjawab semua permasalahan. Kita harus memahami, dan MEYAKINI. Tekanan kata meyakini (belief) sangat penting. Mari kita tanyakan sendiri, apa kita yakin dengan agama kita? Apa kita yakin dengan setiap kata yang tertulis di dalam kitab suci kita?

Senin, 01 Desember 2008

ANEH

"Dunia memang aneh", gumam Pak Ustadz
"Apanya yang aneh Pak?" tanya penulis yang fakir ini.
"Tidakkah antum perhatikan disekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa"

"Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum kemasjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami" Kata Pak Ustadz.

Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menuju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.
Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya"
"Aduh, tumben nih rapih banget, kayak pak ustadz, mau kemana sih ? Tanya ibu muda itu.

Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz diatas, menjadi sesuatu yang lain rasanya; "Kenapa orang yang hendak pergi kemasjid dengan pakaian rapih dan memang semestinya seperti itu ditumbenin ?

Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan ngasih makan anaknya ditengah jalan, ditengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja ? Kenapa orang ke mesjid dianggap aneh?
Orang yang pergi ke mesjid akan terasa "aneh" ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron.
Orang ke mesjid akan terasa "aneh" ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol dipinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang kemasjid terasa "aneh" ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor kehujanan.

Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum,
"Kamu akan banyak menjumpai "keanehan-keanehan" lain disekitarmu" , kata Pak Ustadz.
"Keanehan-keanehan" disekitar kita ?

Cobalah ketika kita datang kekantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak "aneh" ditengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan ngobrol. Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa "aneh", karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh ditengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat diakhir waktu.
Cobalah berdzikir atau tadabur al qur'an ba'da shalat, akan terasa aneh ditengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat.
Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya tidak silau dan nyaman. Orang yang mau shalat malah serasa menumpang ditempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang ditempat shalat.
Aneh bukan ?

Cobalah hari ini shalat jum'at lebih awal, akan terasa aneh, karena mesjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah kedua menjelang selesai.

Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh ditengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu dan test..test, test saja.
Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al qur'an, pasti akan terasa aneh ditengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya.

Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang "aneh" selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari'at dan tata nilai serta norma yang benar.

Jangan takut "ditumbenin" ketika kita pergi kemasjid, dengan pakaian rapih, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al qur'an (Al A'raf: 31)
Jangan takut dikatakan "sok alim" ketika kita lakukan shalat dhuha di kantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul gak karuan.
Jangan takut dikatakan "Sok Rajin" ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.
Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa*).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (Annisaa:103) *

Jangan takut untuk shalat jum'at dishaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. ....
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (1475), yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (Al Jumu'ah:9)
[1475] Maksudnya: apabila imam Telah naik mimbar dan muazzin Telah azan di hari Jum'at, Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya.
Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat Al Qur'an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;

*Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah*, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?" (Fusshilat:33)

Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, sok tahu, lha wong itu yang disuruh kok, "sampaikan dariku walau satu ayat"
Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang isinya asal kirim saja.
Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.

Lakukan "keanehan-keanehan" yang dituntun manhaj dan syari'at yang benar.
Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur'an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.

Lagian kenapa kita harus takut disebut "orang aneh" atau "manusia langka" jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita.